Lilypie 4th Birthday PicLilypie 4th Birthday Ticker
Lilypie 2nd Birthday PicLilypie 2nd Birthday Ticker

Wednesday, February 23, 2005

SENI MENGHARAP DAN MEMUJI

Hehehe...tulisan berikut adalah salah satu cuplikan dari buku favoritku - " BIAR KUNCUPNYA MEKAR JADI BUNGA”..... sebuah kolom ayah dari seorang da'i muda yang sangat energik tetapi tetap puitis (yang kadang kita perlu tenaga ekstra - makxudku baca ber x x baca baru paham maksudnya hehehe...), yang dalam kesibukan yang jika kita tahu ... akan geleng-geleng kepala, ternyata beliau masih sempat untuk menulis, bertutur seputar energi positif seorang ayah....seorang Anis Matta....ayah dari 7 orang anak...(mmm ngomonk-ngomonk sekarang sudah berapa nih Ustadz ???!!)

Eniwe, smoga bermanfaat...

SENI MENGHARAP DAN MEMUJI

Dalam sebuah acara briefing mentor Yayasan Amal Abadi Beasiswa Orbit, Bapak Arif Rahman, pemandu acara Hikmah Fajar RCTI dan Kepala Sekolah Lab School, menceritakan pengalaman pribadinya bersama seorang putranya.Suatu saat beliau bersama anaknya berkunjung ke rumah Dubes AS. Dalam percakapan itu, beliau terheran-heran melihat kemampuan berbahasa Inggris anaknya, yang katanya diluar dugaanya.
Dalam perjalanan pulang ia bertanya kepada anaknya : “ Dari mana kamu belajar bahasa Inggris, kok bisa bagus begitu ?” Dan dengan enteng anaknya menjawab ; “ Dari laser.”“Oh ya ?” beliau kaget mendengar jawaban dari anaknya. Belajar otodidak dan beliau tidak tahu. Lalu anaknya berkata, dan ini yang lebih menghentak beliau.“ Bapak begitu sih, bisanya cuma mengharap, nggak pernah memuji.” “ Oh, ya ? Jadi saya tidak pernah memuji kamu ?”“ Nggak pernah tuh!”
Sama seperti komentar sang anak menghentak Pak Arif Rahman, saya kira semua para ayah yang memiliki citarasa dan kepekaan mendidik, tentu juga terhentak; bahwa itu merupakan “dosa pendidikan” yang sangat sering kita lakukan, terhadap anak maupun istri. Kita lebih pandai mengharap ( yang berarti membebani) daripada memuji (berarti mengakui, meneguhkan dan menguatkan). Saya bahkan melihat, bahwa untuk kerja mengharapun, kita tidak terlalu menguasai seninya. Apalagi seni memuji dan menyanjung. Saya membawa pulang cerita Pak Arief itu dan terus merenunginya. Betapa itu niscaya akan terus terdefinisi dalam kesadaran batin mereka walaupun mereka tidak sanggup membahasakannya dengan cara yang membuat kita bisa lebih paham. Mengharap sebenarnya bisa merupakan sebentuk penggunaan otoritas keayahan, bisa juga merupakan sebentuk ekspresi cinta kemanusiaan. Jika ia lahir dari otoritas , maka nadanya akan bernuansa perintah. Tapi jika ia lahir dari cinta, maka nadanya akan bernuansa meminta dan mendorong. Memerintah dan mendorong merupakan dua kerja pendidikan yang sama pentingnya. Nada dorongan dan perintah itu misalnya kita temukan dalam sabda Rasulullah saw; “ Perintahkanlah anakmu mendirikan shalat jika ia sudah berusia tujuh tahun, dan pukullah ia jika sudah berusia sepuluh tahun.” Mengharap, dengan demkian, berarti menggunakan otoritas sekaligus mengekspresikan cinta manusiawi kita. Kedua motif itu harusah terlihat dan terasakan oleh anak, jangan sampai ia hanya merasakan salah satunya. Selain kedua motif yang harus terihat dan terasakan oleh anak, mengharap yang edukatif harus juga memperhatilan hal-hal yang berikut; Ukurlah batas kemampuan anak dan sesuaikan perintah atau dorongan itu dengan batas kemampuan tersebut. Misalnya jika anda mengharap anak Anda menjadi dokter, tapi daya ingatnya rendah, atau terlihat berminat pada bisnis, adalah salah untuk tetap mempertahankan harapan Anda. Karena itu ada pepatah arab yang mengatakan : “ Jika Anda ingin ditaati, perintahkanlah apa yang bisa dilakukan.” Tapi sebaliknya jika anak Anda berbakat menjadi seniman besar, Anda harus meyakinkannya bahwa adalah salah besar baginya untuk bercita-cita hanya menjadi seniman kecil. Anda harus yakin harapan anda benar-benar beralasan, atau bahwa anda mempunyai banyak alasan untuk mengharap. Sesungguhnya yang terutama harus diketahui oleh anak adalah alasan-alasan itu, baru kemudian harapan yang menyudahinya. Adalah salah jika anda hanya mengharap anak rajin belajar, sementara anda sendiri tidak memperhatikan usaha-usaha belajar sendiri atau gairah membaca atau memciptakan iklim belajar yang kondusif, sarana belajar, waktu, bimbingan dan lainnya. Jadi alasan berharap berarti menyediakan daya dukung untuk mengharap, supaya harapan itu kelihatan logis. Bahasakan harapan itu dengan cara yang dapat membuat anak merasa bahwa itu juga harapannya. Dengan begitu, maka nuansa dorongan akan selalu lebih terlihat ketimbang nuansa perintahnya. Yang kita inginkan dari cara ini adalah menumbuhkan motivasi instrinsik atau self motivation pada anak. Ada banyak orang tua yang mungkin pernah gagal dalam mencapai salah satu harapannya, tapi kemudian itu terus menjadi obsesinya dan ia lalu menumpahkan pada anak-anaknya. Ayah gagal jadi dokter, anak yang harus jadi dokter. Inilah biasanya yang membuat harapan ayah sulit berubah jadi harapan anak. Apa yang anda lakukan jika anak anda telah merealisasikan harapan anda ? Atau sebaliknya, tidak merealisasikannya ? Inilah kerja memberi imbalan atau sanksi. Memuji sebenarnya masuk dalam bab memberi imbalan. Tapi memuji adalah sebentuk imbalan psikologis. Sebagai imbalan psikologis, memuji berfungsi meneguhkan semangat dan menguatkan kepercayaan diri. Dengan memuji, kita menjaga stamina psikologis anak untuk terus bekerja serta memperkuat kepercayaan dirinya bahwa ia memang mampu melakukannya. Yang kita inginkan dalam memuji adalah menyatakan dukungan kita bahwa sesungguhnya ia bisa. Dan yang kita inginkan dari anak adalah ia mengatakan Aku Bisa ! Tapi inilah masalah kita sebagai orang tua. Kita selalu berhenti pada titik mengharap dan kadang terlihat begitu pelit memberikan sepatah dua patah kata pujian kepada anak. Padahal anak sesungguhnya terbebani secara psikologis dengan harapan-harapan kita dan hanya pujian yang tulus yang akan membuat anak merasa dihargai, diposisiskan secara layak, diterima , didukung, diperhatikan dan seterusnya. Dan itu semua merupakan lingkaran besar dan lingkungan kejiwaan yang tercipta melalui komunikasi dan berfungsui memberi rasa aman, rasa penerimaan, serta memperkuat konsep diri anak. Tapi memuji harus tetap dilakukan secara logis dan terarah. Logis berarti bahwa apa yang kita puji memang ada atau diharapkan akan ada. Terarah berarti bahwa pujian melakukan fungsinya sebagai penguat dan peneguh. Jika yang kita puji itu tidak ada dalam kenyataan, berarti kta menumbuhkan rasa percaya diri yang semu. Dan jika pujian diberikan secara berlebihan, boleh jadi anak akan over estimate dengan kemampuan dirinya.Pujian dalam fungsi peneguhan-penguatan itu dapat kita lihat dalam riwayat Muslim dari Ibnu Abbas bahwa Rasulullah saw pernah berkata kepada Asyajji Bin abdul Qais bahwa ; “Sesungguhnya kamu mempunyai dua sifat dicintai Allah, sifat penyantun dan sifat tenang.”

Sekarang, apakah masih ada alasan untuk pelit dalam memuji dan boros dalam mengharap ?

0 Comments:

Post a Comment

<< Home

Name :
Web URL :
Message :
smileys