Lilypie 4th Birthday PicLilypie 4th Birthday Ticker
Lilypie 2nd Birthday PicLilypie 2nd Birthday Ticker

Wednesday, January 26, 2005

Ma'rifatullah

MA’RIFATULLAH

Mengenal (ma’rifat kepada) Allah merupakan sendi yang menyangga Islam. Tanpa ma’rifat ini, semua perbuatan dalam atau untuk Islam tidak mempunyai nilai hakiki. Sebab dalam kondisi demikian, amal ini akan kehilangan ruhnya.
Akan tetapi bagaimana kita mengenal Allah? Apa cara yang dapat menghantarkan kita pada pengenalan ini? Pertanyaan ini memang harus dijawab sebab jika tidak mengenal “cara itu” dengan sendirinya kita tidak akan sampai pada tujuan yang dicapai.
Ust. Sa’id Hawwa dalam bukunya yang berjudul Allah Jalla Jalalah yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia oleh Drs. Yudian Wahyudi Asmin & Sardjana dengan judul ALLAH mengemukakan sebuah pendekatan fenomenologis. Yang meliputi fenomena terjadinya alam, fenomena kehendak, fenomena kehidupan, fenomena pengabulan do’a, fenomena hidayah, fenomena kreasi, fenomena hikmah, fenomena inayah dan fenomena kesatuan.

FENOMENA HIKMAH
Landasan :
“ Katakanlah: “ Perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi. Tidaklah bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan rosul-rosul yang memberi peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman.” ( Q.S. Yunus 101).
“ Dan apakah mereka tidak memperhatikan kerajaan langit dan bumi dan segala sesuatu yang diciptakan Allah, dan kemungkinan telah dekatnya kebinasaan mereka? Maka kepada berita manakah mereka akan beriman sesudah Al Qur’an itu ? (Q.S. Al A’Raaf : 185)
“ Dan banyak sekali tanda-tanda (kekuasaan Allah) dilangit dan dibumi yang mereka melaluinya, sedang mereka berpaling daripadanya? (Yusuf : 105)

Allah memerintahkan agar kita mengkaji bukti-bukti kekuasaanya yang ada di alam ini. Alam memang menantang perhatian dan telah dipelajari oleh orang kafir maupun orang yang beriman. Perbedaanya antara dua golongan ini adalah terletak pada penggunaan akal dengan segala hukumnya untuk mencapai apa yang ada dibalik alam, atau pada kejumudan memegangi pandangan perasaan dan tidak mau mempergunakan akal untuk mengkaji apa yang ada di bumi.

Kalau Al Qur’an banyak menyebutkan bahwa : “ Di alam ini terdapat banyak tanda bukti kekuasaan Allah bagi orang-orang yang berilmu(mengetahui) atau berfikir” ternyata Al Qur’an juga banyak menyebutkan bahwa “ pada demikian itu, terdapat bukti bagi oprang-orang yang berakal” (An Nahl : 120) , ini jelas menunjukkan bahwa memperkokoh hukum-hukum akal merupakan syarat untuk mengetahui ayat (tanda kekuasaan) Allah. Berdasar prinsip ini maka setiap fenomena yang ada di alam tidak boleh kita klaim bahwa hanya kita yang mengetahuinya sebab dalam masalah ‘mengetahui’ ini kita punya hal yang sama dengan orang-orang kafir. Bedannya kita menganalisa fenomena ini dengan konsekuensi logisnya, sedangkan mereka menolak analisa ini tanpa adanya bukti.
Ibarat 2 orang insinyur yang berdiri di depan bangunan yang sangat indah.
Kedua insinyur mempunyai pengetahuan yang sama tentang setiap bagian yang ada dalam bangunan itu, dari pengetahuan tentang cara mengkomposisikannya sampai cara mengkonstruksinya.
Insinyur I : memastikan bahw bangunan tsb tidak dapat terwujud tanpa ada pengalaman (keahlian), pengetahuan, kehendak kemampuan, kreasi, hikmah dan alat-alat yang mengadakan benda-benda tsb.
Insinyur II : secara aksiomatik bahwa seorang insiyurlah yang berpengetahuan dan bijak, telah melahirkan bangunan ini. Persoalannaya secara amat sederhana seperti itu.

Hikmah menurut para ahli berarti meletakkan sesuatu pada tempatnya. Dalam kaitannya dengan alam secara mutlak, apakah ada suatu bagian alam akan leih baik jika diletakkan pada bukan tempat ia sekarang berada ? Semua yang ada pada realitas alam ini betul-betul tertata dalam hikmah, sehingga akal tidak mungkin membayangkan lebih hikmah dibandingkan kenyataan yang ada. Semakin kita mengkaji alam maka akan menjumpai realitas yang mengantarkan kita untuk mengatakan : saya tidak bisa mengabaikan hikmah itu.

Contoh-contoh :
Peristiwa kematian.
Deskripsi :
Sepasang lalat jika tanpa adanya kematian terhadapnya dan anak-anaknya maka dalam tempo 5 tahaun bola dunia akan penuh dengan lalat setinggi 5 cm. Itu baru satu jenis makhluk, bagaimana jika semua jenis tidak mengalami kematian.?!! Dari sini dapat kita ketahui hikmah penyakit, hikmah adanya baksil-baksil penyebab penyakit dll. Proses dan ternjadinya kematian yang tidak bisa dipastikan itu sendirinya telah banyak mengandung hikmah antara lain hikmah adanya cita-cita, hikmah hati-hati, hikmah mengambil pelajaran (I’tibar) dari kejadian-kejadian., dll.
Adanya perasaan takut pada sebagiaan makhluk hal ini juga sudah merupakan hikmah sehingga manusia menjadi mengerti bagaimana harus berhati-hati.
Adanya kejahatan, kejelekan, kezhaliman disamping keadilan, kebaikan, ramah-tamah (kasih sayang).
Deskripsi : Keterbatasan dalam mengetahui hikmah tidak berarti hikmah itu tidak ada.
Pertanyaan kepada Allah “ mengapa Engkau berbuiat demikian ?” hanyalah diajukan oleh orang-orang yang tidak mengerti keagungan Allah, keMahauniversalan ilmuNya dan lupaa kan keterbatasan manusia jika dikaitkan dengan ketidakterhinggaaan kesempurnaan Allah.
“Dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit.” (Al Isra’ : 85).
“Dia tidak ditanya tentang apa yang diperbuatNya, dan merekalah yang kan ditanyai.” ( Al Ambiya’ : 23)
Zina memang jelek tetapi benarkah penciptaan alat vital itu jelek? Allah menciptakan laki-laki perempuan, alat untuk melanjutkan keturunan, menciptakan syahwat dengan hikmah yang begitu jelas. Namun manusialah yang sering menyalahgunakan instrumen-instrumen tsb. Kejelekan bukan terletak pada penciptaan anggota-anggota tsb tetapi pada apa yang dilakukan oleh manusia yang melewati batas-batas yang menyebabkan hal-hal tsb diciptakan.
Minum khomr jelek tetapi apakah penciptaan anggur itu jelek?
Adanya besi mengandung banyak hikmah namun penggunaan yang salah oleh manusia seperti penggunaan besi untuk senjata dalam berperang yang tidak dibenarkan merupakan kejahatan. Sifat hasut yang mengharapkan hilangnya kenikmatan yang ada pada orang lain adalah jelek tetapi apakah penciptaan naluri bersaing adalah jelek?
Dan ternyata …manusialah yang sering mengeksploitasi naluri bersaing yang seharusnya menjadi faktor pemacu perkembangan peradaban malahan menjadi jelek yakni berbuat hasut.
Jadi, manusialah yang karena keluar jalur dalam merealisir hikmah yang telah diciptakan Allah, sehingga merubah kebaikan menjadi kejelekan.

Hikmah Allah menciptakan pada diri manusia kesiapan untuk kebaikan dan kejelekan:
Agar manusia memanfaatkan semua potensi baik potensi akal, kehendak, jiwa, pemikiran, maupun potensi tubuh.
Agar manusia bena-benar mengenal Allah, sebab manusia tidak akan mengerti bahwa Allah Maha Pengampun kecuali telah melakukan kesalahan dan mohon ampun. Tidak akan mengerti kalau Allah Maha Penerima Taubat kecuali jika seseorang bertaubat setelah melakukan dosa dan meyakini bahwa Allah akan menerima taubatnya.
Bahwa dunia tidak berisi semata-mata kebaikan. Hikmah adanya alam ini, manusia dan kehidupoannya yang pertama dlam alam ini yang merupakan uji coba.” Kami akan uji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya) ( Al Ambiya’ : 35)
Manusia takkan menemukan satu bendapun yang tanpa hikmah jika ia menggunakan akalnya dengan benar.

Semoga berlanjut......

0 Comments:

Post a Comment

<< Home

Name :
Web URL :
Message :
smileys