Lilypie 4th Birthday PicLilypie 4th Birthday Ticker
Lilypie 2nd Birthday PicLilypie 2nd Birthday Ticker

Thursday, August 10, 2006

Menjelang HUT Kemerdekaan RI ke-61

Waktu *

”Demi Masa, Sesungguhnya manusia dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan beramal shalih,
Saling berwasiat dalam kebenaran dan saling berwasiat dalam kesabaran”


Menurut Imam Syafi’i, Seandainya Allah SWT tidak menurunkan surat lain selain Surat Al’Ashr (QS 102), niscaya itu saja sudah cukup.
Dan bila Dia sudah bersumpah dengan sesuatu -dan itu tak boleh dilakukan oleh hamba-Nya- maka artinya betapa penting peran yang dijadikan sumpah itu.

Bumi berputar mengitari matahari 24 jam dalam sehari, 365 hari dalam setahun, atau apapun nama satuannya pada waktu itu. Saat Nabi Ibrahim as mengayunkan langkah demi langkah dari utara menuju selatan, ’lembah yang tak bertanaman disisi Rumah-Nya yang dihormati’ (QS Ibrahim:37), meninggalkan isteri dan Putera tercinta yang belum kunjung lahir, bertemu kembali kecuali sesudah menempuh waktu 85 tahun.
Juga berapa lama waktu berputar, saat Ibnu Taiyimah mendiktekan fatwa-fatwanya atau menuliskan teori-teorinya dengan arang api unggun pengusir dingin yang dinyalakan para ’murid’ setia yang menjagai penjaranya. Puluhan jilid fatawa yang kini hadir dalam kemasan cetak modern, menghapus gambaran kelelahan proses menumbuhkannya.

Ajaib, konon waktu menuntun dan menuntut. Menuntun orang untuk bertindak benar di waktu yang benar. Menuntut bila prinsip-prinsip tersebut dilanggar.
Bukan lama waktu yang menentukan kebesaran seseorang. Ada orang yang hidupnya lebih dari satu abad, tetapi biografinya selesai ditulis dalam tiga baris dibatu nisannya : nama, tanggal, bulan serta tahun lahir dan wafatnya.
Berapa lama Rasulullah SAW hidup didunia ? Enam puluh tiga tahun. Selesaikah orang menulis dan menggali sejarahnya ? Belum lagi. Karena Beliau mewakili seluruh efisiensi, efektifitas dan produktifitas waktu.

Bingkai waktu juga tak berubah saat Thariq bin Ziyad menyeberangkan kapal-kapal perangnya, menantang pasukannya untuk mati dilautan atau hidup mulia membela kaum tertindas. Delapan abad merambat, seperti tak terjadi apa-apa.
Dalam bingkai yang sama waktu merambat dikepengapan jeruji besi tempat marwan hadid disiksa dan dibunuh, atau tiang gantungan yang mengabadikan nama Syaikh Umar Al-Mukhtar, Sayyid Quthb dan Abdul Qadir Audah.
Di Era ini, Wahbah Zuhaili tampil dengan 8 jilid tebal karyanya, Alfiqhu’l Islami wa adillatuhu, 18 Jilid Tafsir Almunir serta beberapa tulisan monumental. Sebelumnya Syaikh Said Hawwa dengan Al-asa fi’t Tafsir dan Al-asa fi’s Sunnah juga dalam beberapa belas jilid.

Hari, jam, menit dan detik tetap beredar seperti dulu, sementara masing-masing sibuk dengan diri sendiri.
Hidup seakan hanya sebuah kotak isolasi yang bernama waktu dengan sesekali kejutan. Tiba-tiba anak tetangga tampil sebagai juara nasional bidang studi tertentu.
Saat yang lain melihat kenyataan temannya sudah meraih sekian gelar ilmiah, sementara diri masih bergelut dengan persoalan-persoalan remeh.
Apa yang tiba tiba ? Semua berjalan sesuai jadwal, hanya kesibukan masing-masing telah membenamkan kesadarannya dan memisahkannya jauh dari dinamika lingkungannya.
Bangsa yang kaya raya ini tak berhasil melahirkan seorang manusia besar yang cukup cerdas membawa bangsanya pergi ke masa depan.
Lebih dari setengah abad membuang waktu sia-sia. Bahkan budaya sia-sia telah mendominasi bagian terbesar kehidupan. Waktu terbuang sia-sia dalam jadwal rapat yang selalu terlambat, kemacetan lalu lintas yang jelas disebabkan surplus produksi otomotif tanpa ada itikad baik untuk berjujur diri kecuali kerakusan atas pajak penjualan, bea balik nama yang besarnya 100%. Waktu seperti limbah tak berharga yang dibuang sia-sia.
Waktu adalah karikatur kepandiran bangsa yang sampai hari ini belum mampu menurunkan penumpang dari atap kereta api, walaupun dari hari ke hari angka-angka kematian akibat kecelakaan lalu lintas semakin menumpuk, merawat pasien mangsa kecelakaan tanpa mensyaratkan bayar uang muka, memancung leher koruptor dan pengedar narkoba.
Waktu adalah kelambanan para pendeta Bani Israil mengamalkan perintah Allah SWT sesudah Kitab Suci diturunkan, lalu mereka menunda amal dan perubahan diri, sehingga hati menjadi keras dan fasik.
‘Belum tibakah masanya bagi orang-orang yang beriman untuk tunduk hati mereka kepada perintah Allah dan kebenaran yang turun. Dan janganlah mereka menjadi ahli kitab sebelum mereka, lalu waktu menjadi panjang, hati mereka menjadi keras dan kebanyakan mereka adalah orang orang itu menjadi fasik’ (QS 57:16)

Alangkah mudahnya mengeja huruf-huruf sejarah. Alangkah panjangnya menempuh jalan, jurang, ngarai, tebing dan pendakian sejarah yang harus dilalui. yang ini menengok sekejap ke masa lalu dan yang itu memandang jauh ke depan, seraya menguatkan azam dan mengasah akal. Ada zaman ke emasan saat anak-anak di Baghdad, Kufah dan Cordova bereksperimen dengan teropong bintang yang canggih, kota bermandikan cahaya saat maghrib tiba, dan musabaqah matematika tinggi digelar bagi belia-belia masa depan, tepat disaat yang sama, Paris dan London masih rawa-rawa dan Hutan belukar, dengan raja-raja yang gemar memasang gelang dan kalung jimat ditubuh mereka.

Waktu tak pernah kompromi dengan siapapun, bahkan dengan kematian orang terbaik atau terjahat. Semua akan kesana, bahkan pada saat seseorang sedang gandrungnya kepada dunia dan tak sempat lagi membuat wasiat apapun tentang pesan-pesan kematian yang getir.


* Aslinya ditulis oleh KH Rahmat Abdullah (Alm) dan pernah dimuat di Majalah Tarbawi. Proses editing dilakukan hanya untuk meringkas tulisan yang panjang dan tidak bermaksud untuk menghilangkan makna yang hendak disampaikan...

Name :
Web URL :
Message :
smileys