Lilypie 4th Birthday PicLilypie 4th Birthday Ticker
Lilypie 2nd Birthday PicLilypie 2nd Birthday Ticker

Monday, January 31, 2005

BERCERMIN DIRI

Dalam keseharian kehidupan kita, begitu sangat sering dan nikmatnya ketika kita bercermin. Tidak pernah bosan barang sekalipun padahal wajah yang kita tatap itu-itu juga, aneh bukan?! Bahkan hampir pada setiap kesempatan yang memungkinkan kita selalu menyempatkan diri untuk bercermin. Mengapa demikian? Sebabnya kurang lebih karena kita ingin selalu berpenampilan baik, bahkan sempurna. Kita sangat tidak ingin berpenampilan mengecewakan, apalagi kusut dan acak-acakan tak karuan. Sebabnya penampilan kita adalah juga cermin pribadi kita. Orang yang necis, rapih, dan bersih maka pribadinya lebih memungkinkan untuk bersih dan rapih pula. Sebaliknya orang yang penampilannya kucel, kumal, dan acak-acakan maka kurang lebih seperti itulah pribadinya.

Tentu saja penampilan yang necis dan rapih itu menjadi kebaikan sepanjang niat dan caranya benar. Niat agar orang lain tidak terganggu dan terkecewakan, niat agar orang lain tidak berprasangka buruk, atau juga niat agar orang lain senang dan nyaman dengan penampilan kita. Dan ALLOH suka dengan penampilan yang indah dan rapih sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW, "Innallaha jamiilun yuhibbul jamaal", "Sesungguhnya ALLOH itu indah dan menyukai keindahan". Yang harus dihindari adalah niat agar orang lain terpesona, tergiur, yang berujung orang lain menjadi terkecoh, bahkan kemudian menjadi tergelincir hati ataupun nafsunya, naudzhubillah.
Tapi harap diketahui, bahwa selama ini kita baru sibuk bercermin 'topeng' belaka. Topeng 'make up', seragam, jas, dasi, sorban, atau 'asesoris' lainnya,. Sungguh, kita baru sibuk dengan topeng, namun tanpa disadari kita sudah ditipu dan diperbudak oleh topeng buatan sendiri. Kita sangat ingin orang lain menganggap diri ini lebih dari kenyataan yang sebenarnya. Ingin tampak lebih pandai, lebih gagah, lebih cantik, lebih kaya, lebih sholeh, lebih suci dan aneka kelebihan lainnya. Yang pada akhirnya selain harus bersusah payah agar 'topeng' ini tetap melekat, kita pun akan dilanda tegang dan was-was takut 'topeng' kita terbuka, yang berakibat orang tahu siapa kita yang 'aslinya'.

Tentu saja tindakan tersebut, tidak sepenuhnya salah. Karena membeberkan aib diri yang telah ditutupi ALLOH selama ini, adalah perbuatan salah. Yang terpenting adalah diri kita jangan sampai terlena dan tertipu oleh topeng sendiri, sehingga kita tidak mengenal diri yang sebenarnya, terkecoh oleh penampilan luar. Oleh karena itu marilah kita jadikan saat bercermin tidak hanya 'topeng' yang kita amat-amati, tapi yang terpenting adalah bagaimana isinya, yaitu diri kita sendiri.

Mulailah amati wajah kita seraya bertanya, "Apakah wajah ini yang kelak akan bercahaya bersinar indah di surga sana ataukah wajah ini yang akan hangus legam terbakar dalam bara jahannam?"

Lalu tatap mata kita, seraya bertanya, "Apakah mata ini yang kelak dapat menatap penuh kelezatan dan kerinduan, menatap ALLOH Yang Maha Agung, menatap keindahan surga, menatap Rasulullah, menatap para Nabi, menatap kekasih-kekasih ALLOH kelak? Ataukah mata ini yang akan terbeliak, melotot, menganga, terburai, meleleh ditusuk baja membara? Akankah mata terlibat maksiat ini akan menyelamatkan? Wahai mata apa gerangan yang kau tatap selama ini?"

Lalu tataplah mulut ini, "Apakah mulut ini yang di akhir hayat nanti dapat menyebut kalimat thoyibah, 'laillahailallah', ataukah akan menjadi mulut berbusa yang akan menjulur dan di akherat akan memakan buah zakun yang getir menghanguskan dan menghancurkan setiap usus serta menjadi peminum lahar dan nanah? Saking terlalu banyaknya dusta, ghibah, dan fitnah serta orang yang terluka dengan mulut kita ini!" "Wahai mulut apa gerangan yang kau ucapkan? Wahai mulut yang malang betapa banyak dusta yang engkau ucapkan. Betapa banyak hati-hati yang remuk dengan pisau kata-katamu yang mengiris tajam? Berapa banyak kata-kata manis semanis madu palsu yang engkau ucapkan untuk menipu beberapa orang? Betapa jarangnya engkau jujur? Betapa jarangnya engkau menyebut nama ALLOH dengan tulus? Betapa jarangnya engkau syahdu memohon agar ALLOH mengampuni?"

Lalu tataplah diri kita tanyalah, "Hai kamu ini anak sholeh atau anak durjana, apa saja yang telah kamu peras dari orang tuamu selama ini dan apa yang telah engkau berikan? Selain menyakiti, membebani, dan menyusahkannya. Tidak tahukah engkau betapa sesungguhnya engkau adalah makhluk tiada tahu balas budi! "Wahai tubuh, apakah engkau yang kelak akan penuh cahaya, bersinar, bersukacita, bercengkrama di surga atau tubuh yang akan tercabik-cabik hancur mendidih di dalam lahar membara jahannam terasang tanpa ampun derita tiada akhir" "Wahai tubuh, berapa banyak maksiat yang engkau lakukan? Berapa banyak orang-orang yang engkau dzhalimi dengan tubuhmu? Berapa banyak hamba- hamba ALLOH yang lemah yang engkau tindas dengan kekuatanmu? Berapa banyak perindu pertolonganmu yang engkau acuhkan tanpa peduli padahal engkau mampu? Berapa pula hak-hak yang engkau rampas?" "Wahai tubuh, seperti apa gerangan isi hatimu? Apakah tubuhmu sebagus kata-katamu atau malah sekelam daki-daki yang melekat di tubuhmu? Apakah hatimu segagah ototmu atau selemah atau selemah daun-daun yang mudah rontok? Apakah hatimu seindah penampilanmu atau malah sebusuk kotoran-kotaranmu?"

Lalu ingatlah amal-amal kita, "Hai tubuh apakah kau ini makhluk mulia atau menjijikan, berapa banyak aib-aib nista yang engkau sembunyikan di balik penampilanmu ini?" "Apakah engkau ini dermawan atau si pelit yang menyebalkan?" Berapa banyak uang yang engkau nafkahkan dan bandingkan dengan yang engkau gunakan untuk selera rendah hawa nafsumu". "Apakah engkau ini sholeh atau sholehah seperti yang engkau tampakkan? Khusukkah shalatmu, dzikirmu, doamu, ikhlaskah engkau lakukan semua itu? Jujurlah hai tubuh yang malang! Ataukah menjadi makhluk riya tukang pamer!" Sungguh betapa beda antara yang nampak di cermin dengan apa yang tersembunyi, betapa aku telah tertipu oleh topeng ? Betapa yang kulihat selama ini hanyalah topeng, hanyalah seonggok sampah busuk yang terbungkus topeng-topeng duniawi"

Wahai sahabat-sahabat sekalian, sesungguhnya saat bercermin adalah saat yang tepat agar kita dapat mengenal dan mengevaluasi diri ini.
Rosulullah SAW mengajarkan do’a untuk setiap bercermin ‘ Alloohumma kamaa hasanta kholqi fa hassin khuluqi “ (Ya Allah sebagaimana telah Engkau ciptakan jasad ini dengan baik maka baikkan pula akhlaq-ku)***
Wallahu a’lam bishshowab
Wassalaamu'alaykum warahmatullaahi wabarakaatuh

Thursday, January 27, 2005

Sweet Sweden Posted by Hello

Wednesday, January 26, 2005

Jiwa-jiwa Penyeru

Sejauh kaki melangkah, kepada ridha Allah kita melaju
Setinggi tangan menggapai, kepada ridha Allah kita berupaya
Seluas mata memandang, kepada ridha Allah kita menatap
Sepanjang do’a terucap, untuk ridha Allah kita memohon

Dan sebesar apapun nilai yang telah kita capai, atas ridha Allah kita bersyukur
-----

Jiwa-jiwa Penyeru

Merekalah jiwa-jiwa penyeru.
Hati mereka telah dibalut dengan kekikhlasan puncak kepada Allah, yang mengutus mereka. Tak Ada keinginan dunia dalam hati mereka, yang ada hanya kerinduan berjumpa dengan Allah.
Atas dasar ini mereka menyeru manusia, menyelamatkannya dari kejahiliyahan yang nyata, mengajaknya mengenal. Tak ada lagi rasa kebencian kepada umatnya, walau hinaan, cacian dan makian kerap mereka terima. Salamatush Shudur (selamatnya hati) terhadap kaumnya lahir dari keikhlasan itu, Rohabatush Shudur (lapang dada) adalah puncak dari rasa itu. Dari sanalah kekuatan da’wah itu lahir. Tekad mereka tak pernah lekang walau menebusnya dengan raga.
Siapakah kini yang mampu menahan kekuaatan azamnya sementara mereka menyandarkan jiwanya kepada sang Khaliq, yang Maha Mencipta.

Merekalah jiwa-jiwa penyeru.
Akal mereka selamat dari semua pemikiran manusia. Mereka hanya menyandarkan hujjahnya pada manhaj yang telah diturunkan dalam kitab yang suci mulia, Al-Qur’an, dan contoh agung manusia termulia, Sunnah Nabi.
Dari sanalah kekuatan hujjah itu lahir. Penjelasannya tentang dunia dan lika-likunya, telah mencengangkan para ahli dari berbagai disiplin ilmu.
Siapakah kini yang mampu menahan kekuatan ilmunya sementara mereka menyandarkan akalnya kepada sang ‘Alim, yang Maha Tahu.

Merekalah jiwa-jiwa penyeru.
Lisan mereka lembut mengucap kebenaran.
Bahasa kasih sayang adalah bahasa yang keluar dari kalbunya, bahasa universal yang mereka gunakan untuk menghancurkan kezaliman disaat orang-orang bodoh berda’wah dengan kekerasan dan kebencian, serasa semua manusia adalah iblis yang pantas dibakar di jilatan api neraka.
Disaat semua orang yakin bahwa penyelesaian kehidupan adalah dengan kekerasan, kekejaman, kata-kata pedas, jihad dengan arti semu, saling membalas kehinaan mereka, jiwa-jiwa penyeru itu, tetap menebar senyum dan kasih sayang, mengajak kaum kuffar dan mereka yang tergelincir dalam kesesatan dengan kelembutan lisannya.
Kasih mereka bagai ibu, yang tak rela anaknya jatuh di lembah kenistaan.
Siapakah kini yang mampu menahan kekuatan ‘sihir’nya , sementara mereka menyandarkan syu’urnya (perasaan) kepada sang Latif, yang Maha Lembut.
“ Perasaan dan kasih sayang adalah ‘bahasa’ internasional yang dipergunakan para da’i dalam menghadapi seluruh penduduk bumi”. Demikian Abbas as_Sissi.

“ Maka disebabkan rahmat Allahlah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu berlaku keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauh dari sekelilingmu”. Demikian firman Allah (3: 159)

Merekalah jiwa-jiwa penyeru.
Jasad mereka tegar menghadang kezaliman.
Kesungguhannya, pengorbananya telah berpadu satu dengan keistiqomahan yang lahir dari rasa cinta kepada umatnya.
Mereka tak pernah melihat manusia dengan kacamata iman dan kafir secara mutlak, mereka melihatnya dengan kacamata balasan yang akan diperoleh, surga atau neraka.
Tak ada keinginan mereka untuk menceburkan musuhnya ke dalam lautan api.
Tidak! Bahkan yang ada adalah kesedihan yang mendalam dan keinginan yang menggebu ingin menyelamatkan mereka dari siksa yang yang pedih dan memasukkan sebanyak-banyaknya manusia dalam rahnmat Allah, bergabung bersama para sahabat mulia di jannatun naim.
Siapakah kini yang mampu menahan langkahnya, sementara mereka menyandarkan jasadnya kepada Sang ’Azizi, yang Maha Perkasa.
Hati mereka telah dibalut dengan rasa kasih sayang Sang Maha Rahman. Lisan mereka telah disiram dengan kalimat lembut Sang Rahim. Jasad mereka telah menjelma menjadi penyebar kedamaian dan penuh kasih sayang.

“ Betapa inginnya kami agar ummat ini mengetahui bahwa mereka lebih kami cintai daripada kami sendiri. Kami berbangga ketika jiwa-jiwa kami gugur sebagai penebus bagi kehormatan mereka, jika memang tebusan itu yang diperlukan. Atau menjadi harga bagi tegaknya kejayaan, kemuliaan dan terwujudnya cita-cita mereka, jika memang itu yang harus dibayar. Tiada sesuatu yang membuat kami bersikap seperti ini selain rasa cinta yang telah mengharu biru hati kami, menguasai perasaan kami, memeras habis air mata kami, dan mencaput rasa ingin tidur dari pelupuk mata kami. Betapa berat rasa di hati ketika kami menyaksikan bencana yang mencabik-cabik ummat ini, sementara kita hanya sanggup menyerah pada kehinaan dan pasrah oleh keputusasaan”. Demikian Syaikh al-Banna.

Teringat teladan mereka yang mulia, tatakala lewat Yahudi di hadapan beliau. Deraian air mata jatuh menggetarkan setiap kalbu yang bersih dan suci dengan kilatan iman. “ Mengapa engkau tangisi dia , ya Rasulullah, padahal dia Yahudi ?” tanya murid-murid setia menyatakan keheranaan bercampur kekaguman. “ Aku bersedih, sampai kapan orang itu berada dalam kekafiran dan sampai kapan aku dapat mengajaknya kepada Islam.” jawab lisan yang selalu basah dengan dzikrullah itu.

Merekalah jiwa-jiwa penyeru. Merekalah para da’i.

Terkadang mereka tak lagi punya kata, untuk mengucap kebodohan kaumnya, keingkatrannya terhadap kebenaran yang dibawa nabi-nabi mulia.

Terkadang mereka tak lagi punya air mata , untuk mengisi banyaknya manusia yang tergelincir dalam lembah noda dan nista.
Terkadang mereka tak lagi punya harga, untuk sekedar membiayai kehidupan seharinya.
Terkadang mereka tak lagi punya raga, untuk bertahan melawan penindasan kaumnya. Tapi diujung hayatnya, mereka masih sempat berkata “ummati…, ummati…, ummati…”

“Sungguh, kami berbuat di jalan Allah untuk kemaslahatan seluruh manusia, lebih banyak dari apa yang kami lakukan untuk kepentingan diri kami. Kami adalah milik kalian wahai saudara-saudara tercinta. Sesaatpun kami tak akan pernah menjadi musuh kalian”. Demikian Syaikh al_Banna.

Adakah kini, ungkapan rasa yang dapat mengalahkan kata-kata getir peryataan sang jiwa penyeru.

Adakah kini, ungkapan kata yang dapat mengalahkan rasa yang demikian mulia, milik jiwa-jiwa penyeru.
Merekalah sebaik-baik manusia yang Allah ciptakan, menjadi sungai bagi mereka yang ingin mengambil kesejukannya demi perjalanan kehidupan. Menjadi bunga bagi mereka yang ingin mengambil sarinya.
Merekalah jiwa-jiwa penyeru. Penyelamat sejati.

Abu Hanifah [Al-Izzah no.4 Th.1]

Back to School …

Suatu hari seorang dosen sedang memberi kuliah tentang manajemen waktu pada para mahasiswa Magister, … dengan penuh semangat ia berdiri depan kelas dan berkata, "OK,..sekarang waktunya untuk quiz."
Ia segera mengeluarkan sebuah ember kosong dan meletakkannya di atas meja. Kemudian ia mengisi ember tersebut dengan batu sebesar sekepalan tangan. Satu demi satu batu-batu tsb ia masukkan ke dalam ember hingga tidak ada lagi batu yang cukup untuk dimasukkan ke dalam ember.
Ia bertanya pada kelas, "Menurut kalian, apakah ember ini telah penuh?" Dengan kompak [layaknya paduan suara anggota Dewan yang menyetujui sesuatu]…Semua mahasiswa serentak berkata, "Ya !" .
Dosen bertanya kembali, "Sungguhkah demikian..?!!?"
Sesaat kemudian…, dari dalam laci meja ia mengeluarkan sekantung kerikil kecil. Ia menuangkan kerikil-kerikil itu ke dalam ember lalu mengocok-ngocok ember itu sehingga kerikil-kerikil itu turun ke bawah mengisi celah-celah kosong di antara batu-batu.
Selanjutnya, sekali lagi ia bertanya pada kelas, "Nah, apakah sekarang ember ini sudah penuh?" Kali ini para mahasiswa terdiam. Seseorang menjawab, "Mungkin tidak."
"Bagus sekali," sahut dosen. Kemudian ia mengeluarkan sekantung pasir dan menuangkannya ke dalam ember. Pasir itu berjatuhan mengisi celah-celah kosong antara batu dan kerikil.

Sekali lagi, ia bertanya pada kelas, "Baiklah, apakah sekarang ember ini sudah penuh?" "Belum!" sahut seluruh kelas. Melihat wajah-wajah antusias mahasiswanya, dengan tersenyum sang dosen berkata, "Bagus. Bagus sekali." Kemudian ia meraih sebotol air dan mulai menuangkan airnya ke dalam ember sampai ke bibir ember.

Lalu ia menoleh ke kelas dan bertanya, "Tahukah kalian apa maksud illustrasi ini?"
Seorang mahasiswa dengan semangat mengacungkan jari dan berkata, "Maksudnya adalah….tak peduli seberapa padat jadwal kita, bila kita mau berusaha sekuat tenaga maka pasti kita bisa mengerjakan tugas yang dibebankan kepada kita."
"Oh…begitu..?..em..mungkin benar.. tapi…bukan itu yang saya maksudkan," sahut dosen.
Dengan mimik bijak sang dosen mulai menerangkan… "Kenyataan dari illustrasi ini mengajarkan pada kita bahwa bila kita tidak memasukkan "batu besar” terlebih dahulu, maka kita tidak akan bisa memasukkan semuanya. Apa yang dimaksud dengan "batu besar" dalam ilustrasi ini adalah apa-apa yang kita anggap ‘paling penting’ dalam hidup kita..
Apakah itu pasangan kita.. ?!!??
Anak-anak kita.. ?!!??
Harta perniagaan kita.. ?!!??...
Ternyata bukan semua itu. Sekali lagi…BUKAN semua itu.
Islam sebagai agama yang samil dan mutakammil telah mengingatkan kita dalam hal ini. Mari kita simak Firman Allah dalam surat At Taubah ayat 24 ; Katakanlah : “Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rosul-Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.” Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik.
…………dan masih banyak peringatan Allah dalam ayat-ayat yang lainnya.
Terkhusus untuk masalah harta / kemegahan dunia… dalam QS. At Takaatsur Allah meperingatkan kita dengan sangat keras untuk tidak terjebak dalam kemegahan dunia…dengan ancaman yang tidak main-main…neraka Jahiim.

Dari sini kini kita dapati bahwa… komitmen atas kecintaaan yang murni kepada Allah [Sang Khaliq] dan RosulNya–lah yang merupakan hal yang ‘paling penting’ dalam hidup kita.
Lewat ilustrasi tadi .. kita diingatkan untuk selalu memasukkan "Batu Besar" pertama kali atau… kita akan kehilangan semuanya.
Btw, apabila kita mengisi jatah hidup ini dengan hal-hal kecil (semacam kerikil dan pasir) yang menyita waktu dan perhatian maka sangat mungkin hidup kita akan penuh dengan hal-hal kecil yang merisaukan dan ini semestinya tidak perlu. .. jika demikian yang terjadi maka kita tidak akan pernah memiliki waktu yang sesungguhnya kita perlukan untuk hal-hal yang jauh lebih besar dan lebih penting

Oleh karenanya….setiap pagi [saat orang-orang belum bermanja dengan hiruk pikuk dunia…] atau saat malam hari ketika telah beranjak menuju sunyi…, alangkah bijaknya jika kita menyempatkan waktu sejenak untuk merenungkan perjalanan hidup kita,… Mari bertanya kepada diri kita sendiri….ke palung hati kita yang paling dalam…. : Apakah hal “terpenting” dalam hidup kita dan… usaha apakah yang “telah dan akan” kita lakukan untuk mewujudkannya…

Aku tidak menyesali sesuatu melebihi penyesalanku atas berlalunya suatu hari; jatah hidupku berkurang sementara amalku tidak bertambah. [Abdullah ibnu Mas’ud r.a.]

Semoga Allah senantiasa membimbing kita
Semoga Allah senantiasa memberikan kemampuan kepada kita untuk mengoptimalkan segala potensi yang Allah anugerahkankan kepada kita untuk taat kepadaNya… sehingga kita terpacu untuk senantiasa mendahulukan yang ‘lebih penting’ diantara hal-hal yang penting.. dan mendahulukan yang ‘paling penting’ diantara yang ‘lebih penting’.

Ya Allah…jauhkan kami dari perbuatan maksiat kepadaMu
Ya Allah…jauhkan kami dari perbuatan yang sia-sia
Ya Allah…jauhkan kami dari perbuatan yang melampaui batas

Ya Allah… karuniakanlah kepada kami rasa takut kepadamu yang dengannya dapat menjauhkan antara kami dengan berbuat maksiat kepadaMu
Ya Allah…karuniakanlah kepada kami ketaatan kepadaMu yang dapat menghantarkan kami meraih surgaMu…dengan rohmat Mu Ya Allah..
Ya Allah…bersihkan hati kami…sucikan niat kami…ijinkan kami untuk menggapai ridhaMU. Aamiin.

Ma'rifatullah

MA’RIFATULLAH

Mengenal (ma’rifat kepada) Allah merupakan sendi yang menyangga Islam. Tanpa ma’rifat ini, semua perbuatan dalam atau untuk Islam tidak mempunyai nilai hakiki. Sebab dalam kondisi demikian, amal ini akan kehilangan ruhnya.
Akan tetapi bagaimana kita mengenal Allah? Apa cara yang dapat menghantarkan kita pada pengenalan ini? Pertanyaan ini memang harus dijawab sebab jika tidak mengenal “cara itu” dengan sendirinya kita tidak akan sampai pada tujuan yang dicapai.
Ust. Sa’id Hawwa dalam bukunya yang berjudul Allah Jalla Jalalah yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia oleh Drs. Yudian Wahyudi Asmin & Sardjana dengan judul ALLAH mengemukakan sebuah pendekatan fenomenologis. Yang meliputi fenomena terjadinya alam, fenomena kehendak, fenomena kehidupan, fenomena pengabulan do’a, fenomena hidayah, fenomena kreasi, fenomena hikmah, fenomena inayah dan fenomena kesatuan.

FENOMENA HIKMAH
Landasan :
“ Katakanlah: “ Perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi. Tidaklah bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan rosul-rosul yang memberi peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman.” ( Q.S. Yunus 101).
“ Dan apakah mereka tidak memperhatikan kerajaan langit dan bumi dan segala sesuatu yang diciptakan Allah, dan kemungkinan telah dekatnya kebinasaan mereka? Maka kepada berita manakah mereka akan beriman sesudah Al Qur’an itu ? (Q.S. Al A’Raaf : 185)
“ Dan banyak sekali tanda-tanda (kekuasaan Allah) dilangit dan dibumi yang mereka melaluinya, sedang mereka berpaling daripadanya? (Yusuf : 105)

Allah memerintahkan agar kita mengkaji bukti-bukti kekuasaanya yang ada di alam ini. Alam memang menantang perhatian dan telah dipelajari oleh orang kafir maupun orang yang beriman. Perbedaanya antara dua golongan ini adalah terletak pada penggunaan akal dengan segala hukumnya untuk mencapai apa yang ada dibalik alam, atau pada kejumudan memegangi pandangan perasaan dan tidak mau mempergunakan akal untuk mengkaji apa yang ada di bumi.

Kalau Al Qur’an banyak menyebutkan bahwa : “ Di alam ini terdapat banyak tanda bukti kekuasaan Allah bagi orang-orang yang berilmu(mengetahui) atau berfikir” ternyata Al Qur’an juga banyak menyebutkan bahwa “ pada demikian itu, terdapat bukti bagi oprang-orang yang berakal” (An Nahl : 120) , ini jelas menunjukkan bahwa memperkokoh hukum-hukum akal merupakan syarat untuk mengetahui ayat (tanda kekuasaan) Allah. Berdasar prinsip ini maka setiap fenomena yang ada di alam tidak boleh kita klaim bahwa hanya kita yang mengetahuinya sebab dalam masalah ‘mengetahui’ ini kita punya hal yang sama dengan orang-orang kafir. Bedannya kita menganalisa fenomena ini dengan konsekuensi logisnya, sedangkan mereka menolak analisa ini tanpa adanya bukti.
Ibarat 2 orang insinyur yang berdiri di depan bangunan yang sangat indah.
Kedua insinyur mempunyai pengetahuan yang sama tentang setiap bagian yang ada dalam bangunan itu, dari pengetahuan tentang cara mengkomposisikannya sampai cara mengkonstruksinya.
Insinyur I : memastikan bahw bangunan tsb tidak dapat terwujud tanpa ada pengalaman (keahlian), pengetahuan, kehendak kemampuan, kreasi, hikmah dan alat-alat yang mengadakan benda-benda tsb.
Insinyur II : secara aksiomatik bahwa seorang insiyurlah yang berpengetahuan dan bijak, telah melahirkan bangunan ini. Persoalannaya secara amat sederhana seperti itu.

Hikmah menurut para ahli berarti meletakkan sesuatu pada tempatnya. Dalam kaitannya dengan alam secara mutlak, apakah ada suatu bagian alam akan leih baik jika diletakkan pada bukan tempat ia sekarang berada ? Semua yang ada pada realitas alam ini betul-betul tertata dalam hikmah, sehingga akal tidak mungkin membayangkan lebih hikmah dibandingkan kenyataan yang ada. Semakin kita mengkaji alam maka akan menjumpai realitas yang mengantarkan kita untuk mengatakan : saya tidak bisa mengabaikan hikmah itu.

Contoh-contoh :
Peristiwa kematian.
Deskripsi :
Sepasang lalat jika tanpa adanya kematian terhadapnya dan anak-anaknya maka dalam tempo 5 tahaun bola dunia akan penuh dengan lalat setinggi 5 cm. Itu baru satu jenis makhluk, bagaimana jika semua jenis tidak mengalami kematian.?!! Dari sini dapat kita ketahui hikmah penyakit, hikmah adanya baksil-baksil penyebab penyakit dll. Proses dan ternjadinya kematian yang tidak bisa dipastikan itu sendirinya telah banyak mengandung hikmah antara lain hikmah adanya cita-cita, hikmah hati-hati, hikmah mengambil pelajaran (I’tibar) dari kejadian-kejadian., dll.
Adanya perasaan takut pada sebagiaan makhluk hal ini juga sudah merupakan hikmah sehingga manusia menjadi mengerti bagaimana harus berhati-hati.
Adanya kejahatan, kejelekan, kezhaliman disamping keadilan, kebaikan, ramah-tamah (kasih sayang).
Deskripsi : Keterbatasan dalam mengetahui hikmah tidak berarti hikmah itu tidak ada.
Pertanyaan kepada Allah “ mengapa Engkau berbuiat demikian ?” hanyalah diajukan oleh orang-orang yang tidak mengerti keagungan Allah, keMahauniversalan ilmuNya dan lupaa kan keterbatasan manusia jika dikaitkan dengan ketidakterhinggaaan kesempurnaan Allah.
“Dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit.” (Al Isra’ : 85).
“Dia tidak ditanya tentang apa yang diperbuatNya, dan merekalah yang kan ditanyai.” ( Al Ambiya’ : 23)
Zina memang jelek tetapi benarkah penciptaan alat vital itu jelek? Allah menciptakan laki-laki perempuan, alat untuk melanjutkan keturunan, menciptakan syahwat dengan hikmah yang begitu jelas. Namun manusialah yang sering menyalahgunakan instrumen-instrumen tsb. Kejelekan bukan terletak pada penciptaan anggota-anggota tsb tetapi pada apa yang dilakukan oleh manusia yang melewati batas-batas yang menyebabkan hal-hal tsb diciptakan.
Minum khomr jelek tetapi apakah penciptaan anggur itu jelek?
Adanya besi mengandung banyak hikmah namun penggunaan yang salah oleh manusia seperti penggunaan besi untuk senjata dalam berperang yang tidak dibenarkan merupakan kejahatan. Sifat hasut yang mengharapkan hilangnya kenikmatan yang ada pada orang lain adalah jelek tetapi apakah penciptaan naluri bersaing adalah jelek?
Dan ternyata …manusialah yang sering mengeksploitasi naluri bersaing yang seharusnya menjadi faktor pemacu perkembangan peradaban malahan menjadi jelek yakni berbuat hasut.
Jadi, manusialah yang karena keluar jalur dalam merealisir hikmah yang telah diciptakan Allah, sehingga merubah kebaikan menjadi kejelekan.

Hikmah Allah menciptakan pada diri manusia kesiapan untuk kebaikan dan kejelekan:
Agar manusia memanfaatkan semua potensi baik potensi akal, kehendak, jiwa, pemikiran, maupun potensi tubuh.
Agar manusia bena-benar mengenal Allah, sebab manusia tidak akan mengerti bahwa Allah Maha Pengampun kecuali telah melakukan kesalahan dan mohon ampun. Tidak akan mengerti kalau Allah Maha Penerima Taubat kecuali jika seseorang bertaubat setelah melakukan dosa dan meyakini bahwa Allah akan menerima taubatnya.
Bahwa dunia tidak berisi semata-mata kebaikan. Hikmah adanya alam ini, manusia dan kehidupoannya yang pertama dlam alam ini yang merupakan uji coba.” Kami akan uji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya) ( Al Ambiya’ : 35)
Manusia takkan menemukan satu bendapun yang tanpa hikmah jika ia menggunakan akalnya dengan benar.

Semoga berlanjut......

Etika Berta'aruf

Assalamu'alaykum warahmatullahi wabarakaatuh

Smoga tulisan berikut bermanfaat bagi kita semua....
Terkhusus untuk saudara-saudariku yang ingin menggenapkan diennya...
Fastabiqul khairoot !

Assalamu'alaykum warahmatullahi wabarakaatuh

al faqir ilallah



[dari mba’ Cici di Batam] thx a lot yach...jazakillah khairon katsiron

----------------

Untuk menentukan pasangan hidup tentunya tidak mudah seperti yang pernah saya uraikan beberapa waktu lalu bahwasannya kita harus menerima pasangan kita itu apa adanya tanpa pamrih. Untuk semua itu kita harus mengerti latar belakang kehidupan yang membentuknya dari beberapa tinjauan :
1. Masa Kanak-kanak
2. Masa Remaja
3. Masa Pendewasaan dirinya hingga bertemu dengan pasangannya.

Menjalin hubungan menuju jenjang perkawinan bukanlah hal yang gampang tapi juga bukan sesuatu yang sulit untuk dihadapi. Kalau kita melihat keadaan zaman sekarang tentunya ada banyak hal yang mendorong orang untuk menikah, misalnya :
1. Untuk melengkapi status jangan sampai dibilang tidak laku atau mempunyai kelainan jiwa seperti guys atau homo…………
2. Memenuhi kebutuhan biologis…………….
3. MBA (married by accident) karena pergaulan bebas, dsb.

Tapi ada satu hal yang terkadang banyak dilupakan orang bahwa PERNIKAHAN itu merupakan KUNCI IBADAH bukan semata-mata untuk melengkapi status atau karena terjadinya hal-hal diluar norma sosial.
Maka Pernikahan didalam agama terutama ISLAM merupakan sesuatu yang SAKRAL bukan untuk suatu percobaan…….bila cocok terus bila tidak lepas….sehingga satu-satunya hal yang HALAL tapi sangat dibenci Allah adalah PERCERAIAN.
Untuk menghindari PERCERAIAN dari suatu PERNIKAHAN maka didalam ISLAM diberikan cara yang ma’ruf dalam memulai suatu hubungan dengan sama-sama menjaga marwah pihak perempuan dan lelaki. Salah satunya adalah TAARUF sebelum menuju jenjang yang lebih jauh.

Ta’aruf adalah suatu bentuk pendekatan yang sangat dianjurkan dalam ISLAM bila seorang pria berniat serius dengan seorang wanita untuk mengenal KEPRIBADIAN orang yang akan dipilihnya untuk mendampingi sisa-sisa hidupnya dalam susah dan senang, dalam tawa dan tangis, dalam kesedihan dan kebahagiaan. Orang yang akan menjadi tumpuan kasih sayang dan cinta…….yang menjadikan diri seseorang merasa dibutuhkan dan dihargai,
Tentunya dia ingin mendapatkan kebaikan itu dengan cara yang ma’ruf menurut ajaran agama, bukan cara-cara anak-anak muda sekarang ataupun dengan cara – cara jahiliyah Maka didalam Islam tidak dikenal kata PACARAN , TUNANGAN dll.


Ta’aruf dapat dilakukan dengan beberapa cara seperti:

A. PENDEKATAN MELALUI MURROBBI (PENGHUBUNG)

Pendekatan ini biasanya digunakan oleh teman-teman yang sudah tinggi tingkat pemahaman ilmunya sehingga dia sangat yakin akan ijtihatnya memilih pasangan hidupnya dengan bantuan murobbi yang dipilihnya.

Murrobi itu dapat diambil dari pihak siwanita sendiri atau langsung dari pihak pria yang mengenal keluarga tersebut dengan baik atau orang lain yang dapat dipercayai untuk tugas ini.
Tentu saja seorang MUROBBI itu dapat dipercaya baik dari akhlaknya , tutur katanya dan kesetiaannya.

Tugas Murrobi adalah mencari informasi tentang pasangan wanita atau pria yang berhubungan erat dengan :
1. Pola pikir dari pria/wanita yang sedang dimonitor.
2. Prilaku/akhlak pria/wanita itu baik terhadap keluarga maupun kerabat dan sahabatnya.
3. Keadaan keluarga pria/wanita, bukan menilai kaya atau miskin tapi lebih bersifat sprituil, keharmonisan antara anggota didalamnya dsb.
4.Menjaga kerahasiaan baik itu aib keluarga siwanita/pria yang dibantunya. Sehingga marwah dari keduabelah pihak tetap terjaga dan tidak ada fitnah pada keduanya, tentu saja keduabelah pihak harus tetap saling menghormati dan menjaga jangan sampai terjadinya pertengkaran dan saling membukakan aib masing-masing bila aib itu harus disampaikan sebagai bahan pertimbangan keduanya.

Contoh:
Si wanita mempunyai cacat pada tubuhnya, salah satu dari anggota tubuhnya tidak sempurna karena suatu kecelakaan dimasa kecilnya, seorang murrobi (tentu saja harus seorang wanita pula yang diminta mewakili melihat auratnya) wajib memberitahukan pada pihak pria agar jangan merasa dirugikan bila terjadinya PERNIKAHAN diantara mereka.

Dan pihak pria pun harus berbesar hati untuk menerima keadaan tersebut, namun bila tidak dapat dan dipilih untuk membatalkan…………..maka caranya haruslah ma’ruf, jangan sampai menyakiti atau membuat pihak wanita merasa dihina dan dipermalukan dan pihak priapun harus menjaga kerahasiaan ini dari orang-orang yang tidak punya kepentingan agar tidak terjadi fitnah. Dan dari titik ini pula pihak wanita dapat menilai bahwasannya pria tersebut lebih memandang dirinya secara fisik bukan melihat keberagam ciptaan sang KHALIK dengan segala bentuk kelebihan dan kekurangan yang telah menjadi takdir hidup seseorang. Insyallah, bila ada pria seperti ini maka itu bukanlah pria yang baik untuk menjadi suami yang dapat memimpin kita dalam beribadah kepada ALLAH….karena ibadah kepada Allah adalah menerima dengan ikhlas sesuatu yang tidak kita senangi tapi itu disenangi oleh ALLAH dan menghindari seseuatu yang dibenci ALLAH sekalipun kita sangat cinta akan hal itu. Dan sebaliknya juga begitu bila ada seorang wanita hanya menginginkan pria secara fisik dan materinya saja maka Insyallah wanita itu tidak layak untuk dijadikan pendamping hidup karena dia tidak akan tahan hidup susah dengan segala beban penderitaan yang akan dijalani pada hari-hari ,bulan-bulan, tahun-tahun pernikahan yang mengalami pasang surutnya kehidupan. Baik wanita maupun pria seperti ini akan dengan mudah meninggalkan pasangannya hanya untuk mengejar kesenangan dunia bagi dirinya sendiri, dia tidak akan memikirkan kelanjutan nasib anak-anaknya sekalipun dari PERNIKAHAN mereka telah membuahkan anak-anak.

Masih banyak lagi contoh , seperti beberapa tahun yang lalu ada seorang artis pria menikahi seorang wanita. Ternyata siwanita itu dianggap sudah tidak perawan lagi dimatanya dan PERCERAIANnyapun diekspos media masa dengan menyudutkan pihak wanita dan keluarganya. Masyallah, pria macam apa pula yang tega membuka aib istrinya sendiri kepada orang-orang yang tidak mempunyai kepentingan akan hal tsb. Sekalipun pria itu merasa ditipu seharusnyalah kalau mau menceraikan harus dengan cara yang ma’ruf karena memintanya dengan cara yang ma’ruf. Si wanita telah dihancurkan marwah dirinya sebagai seorang manusia sekaligus hamba Allah yang mulai menyadari kekeliruan dan dosanya dimasa lalu…..apakah dia tidak pantas mendapatkan kesempatan untuk memperbaiki dirinya dimata manusia terutama dimata suaminya???????sedangkan ALLAH memberikan kemudahan bagi hambaNYA untuk bertoubat.

Seharusnya sebagai pria dewasa yang bijak si artis pria tadi harus berkaca pada diri dan prilakunya selama ini, adakah dia seorang pria yang menjaga kemaluannya??????? Tidak main perempuan ???? tidak minum dan berjudi??????? tidak mendatangi diskotik lounge atau karaoke lounge atau tempat maksiat yang lainnya??????? Dia menuntut istrinya harus suci, harus berdarah dimalam pertamanya???? na’udzubillah min dzalika. Sekalipun si wanita itu tidak sesuci yang diinginkannya, dia adalah Hamba ALLAH yang wajib dijaga marwah diri dan keluarganya. Kalau benar si wanita tidak perawan karena berhubungan intim dengan orang – orang dimasa lalunya maka jangan cepat mengambil kesimpulan bahwa dia bukan seorang yang baik karena banyak latar belakang yang membuat peristiwa itu terjadi……makanya kita harus mengetahui masa kanak-kanak seperti apa yang dilaluinya bersama keluarga dan lingkungannya…masa remaja yang bagaimana yang telah dijalaninya bersama keluarga dan teman-temannya dan pria harus mengkoreksi dan introspeksi dirinya sesuci itukah???????
Bila dia merasa tidak pernah mencium apalagi mencumbu wanita sebelumnya….tidak pernah pacaran……tidak pernah berhubungan intim dengan wanita manapun….belum berarti dia suci……pernahkah dia melakukan ONANI?????? ……..itu sudah cukup untuk menjadi jawabannya…..toh sudah termasuk zina juga…..lantas apa bedanya…sama – sama ngga’ perawan dan perjaka.
Seseorang dikatakan perawan atau perjaka adalah seseorang yang tidak pernah merasakan , melakukan hal-hal yang dapat memuaskan hajat biologisnya saat dia membutuhkan. Perawan atau perjaka bukan ditinjau dari berdarah atau tidaknya….tapi kesucian hati untuk mengakui bahwa kita pernah atau tidak melakukan suatu perbuatan yang mengarah pada ZINA, baik itu ZINA KERING ATAU BASAH. Dan seorang pria pun harus berbekal ilmu pengetahuan tentang kesehatan dan kedokteran….bahwasannya KEPERAWANAN seorang wanita tidak dapat diukur dengan berdarah atau tidak dimalam pertama…..karena selaput darah itu ada belasan macam bentuk dan specifikasinya…ada yang tipis, tebal, lentur, seperi bulan sabit, donat, saringan, dan juga tergantungan fisik dan mental wanita itu sendiri secara psikologis saat bersenggama.

Hal-hal seperti ini harus menjadi suatu TELAAH YANG SEHAT didalam ta’aruf. Maka amati wanita/pria yang akan kita jadikan pasangan hidup untuk beribadah itu dari ESENSI nya bukan dari fisik dan materinya, sekalipun hal itu perlu untuk asesoris tapi bukan yang terpenting. Hal-hal seperti ini harus dipertimbangkan dalam ta’aruf. Bila memang tidak dapat menerimanya maka akhiri segera dengan cara yang ma’ruf dengan tidak mempermalukan pihak manapun.


B. PERHATIKAN TEMAN YANG ADA DISEKITARNYA
“ Bila Kau ingin mengenal seseorang maka perhatikan Siapa teman dekatnya baik temannya Insyallah maka baiklah ia dan bila jelek temannya maka jeleklah ia” sabda Rasul.

Bila kau duduk disatu kaum maka kau termasuk dalam golongan kaum tersebut (Al-qur’an)

Maka hati – hatilah kita memilih teman….sekalipun kita tidak mengikuti apa yang diperbuatnya secara langsung…pasti ada imbas yang tertinggal dialam bawah sadar kita….contoh kita berteman dengan seorang yang hobby pergi ke diskotik….Insyallah suatu saat mau atau tidak kitapun ikut dengannya entah itu hanya satu kalisaja seumur hidup…..karena akan banyak sekali hal-hal yang mendorong kita untuk ikut bersamanya. Maka bila kita mengenal temannya dengan baik Insyallah kita minimal sudah mengantongi satu point dimasa remaja dan masa pendewasaan dirinya. Dengan bermodal hal itu kita dapat menelusuri sifatnya lebih jauh.


C. PERHATIKAN LINGKUNGAN SOSIALNYA

Lingkungan sosial sedikit banyak sangat berpengaruh bagi perkembangan jiwa seseorang baik itu anak-anak maupun orang dewasa.
Didalam teori biologi bahwasannya secara GEN maka seorang anak akan mengikuti “GEN” orangtuanya sebanyak 75% dan lingkungan berpengaruh hanya 25% pada perkembangan kejiwaanseseorang. Kenyataannya Lingkungan lebih berperan dalam mempengaruhi kejiwaan seseorang terutama anak dimasa perkembangan (Balita dan Remaja) maka hubungan genotif dan fenotif tersebut berbanding terbalik, fenotif 75% berperan dalam proses perkembangan dan genotif hanya 25% saja. Makanya ulasan saya mengenai hubungan suami istri dimulai dari mengenali dan memahami masa-masa yang pernah dilaluinya menuju pendewasaan diri. Sehingga keharmonisan komunikasi akan tercapai. Baik itu di dalam ta’aruf maupun PERNIKAHAN.

D. BERTAARUF TANPA MUROBBI
Ta’aruf juga dapat dilakukan langsung oleh orang yang berhajat dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Bila berkunjung jangan sendiri, untuk menghindari fitnah dan prasangka. Selain itu juga menjaga hal-hal yang bisa saja terjadi bila keduanya bertemu secara langsung tanpa adanya pemdamping. (Bila itu terjadi maka tidak ada istilah Ta’aruf).
2. Saat berkunjung hendaklah lebih mengutamakan untuk bersilaturrahmi dengan keluarganya bukan dengan wanita /pria tsb. Dengan menjalin komunikasi yang baik dengan keluarga maka kita akan mendapatkan informasi yang akurat tentang diri dan prilaku serta sifatnya…karena komunikasi yang terbentuk dengan dasar keakraban dan spontanitas kesil sekali kemungkinan adanya informasi yang dibuat-buat mengenai suatu hal karena ada saja pihak-pihak yang keterlepasan bicaraan tentang suatu hal yang sedang kita cari.
3. Ta’aruf dapat dilakukan dengan media elektronic mengingat perkembangan jaman…tetapi bukan berarti membuka peluang untuk mengarah pada hal-hal yang buruk, misal a. Telpon, gunakanlah untuk mendekat diri pada keluarganya dengan berbicara pada anggota keluarganya seperti dengan orangtua dan saudaranya. Bila ada hal yang penting sekali bolehlah bicara langsung tanpa mengundang nafs.


E. VIA SURAT / E-MAIL

Tentunya kita perlu untuk membicarakan hal-hal yang principle bukan sejenis surat-surat cinta yang mendayu-dayu….tapi surat yang berisikan ajakan untuk melakukan sesuatu hal yang ma’ruf karena ALLAH…..lihat kisah cinta Khail Qibran dan mariam yang sangat terkenal…didalamnya masih ada nuasa yang yang mengingatkan akan keberadaan penciptanya sekalipun keduanya bukan ISLAM (Insyallah kalau tidak salah….tolong dikoreksi)

Semua itu adalah alat, tinggal kita yang menggunakannya kearah mana….pisau tidak selamanya dapat membunuh seseorang….penapun terkadang lebih tajam dari sebilah pisau. Maka amati,kenalilah dia dengan cara yang ma’ruf………luruskan niat dan bertawwakallah pada ALLAH SWT. Aam in.
Semoga berkenan, pada ALLAH saya mohom maghfirohNYA dan kepada sahabat yang membaca bila ada kesalahan mohon dikoreksi….inilah batas pengetahuan saya. Saya membuka diri untuk berdiskusi.

Syukron katsiro,


wassalam




Cangkir yang CANTIK

Sepasang opa dan oma pergi belanja di sebuah toko souvenir untuk mencari hadiah buat cucu mereka. Kemudian mata mereka tertuju kepada sebuah cangkir yang cantik "Lihat cangkir itu..!" kata si oma kepada suaminya. "Kau benar, inilah cangkir tercantik yang pernah aku lihat," balas si opa.
Saat mereka mendekati cangkir itu, tiba-tiba cangkir yang dimaksud berbicara "Terima kasih untuk segala perhatiannya. Perlu diketahui bahwa aku dulunya tidak cantik. Sebelum menjadi cangkir yang dikagumi, aku hanyalah seonggok tanah liat yang sering terhinakan. Namun suatu hari ada seorang penjunan dengan tangan kotor melempar aku ke sebuah roda berputar. Kemudian ia mulai memutar-mutar aku hingga aku merasa pusing. Stop ! Stop ! Aku berteriak, Tetapi orang itu berkata "BELUM !" lalu ia mulai menyodok dan meninjuku berulang-ulang. Stop ! Stop ! teriakku lagi. Tapi orang ini masih saja meninjuku, tanpa menghiraukan teriakanku. Bahkan lebih buruk lagi ia memasukkan aku ke dalam perapian. Panas! Panas!, teriakku dengan keras. Stop ! Cukup ! Teriakku lagi. Tapi orang ini berkata "BELUM !" Akhirnya ia mengangkat aku dari perapian itu dan membiarkan aku sampai dingin. Aku pikir, selesailah penderitaanku.
Oh ternyata belum. Setelah dingin aku diberikan kepada seorang wanita muda dan dan ia mulai mewarnai aku. Asapnya begitu memualkan. Stop ! Stop ! Aku berteriak. Wanita itu berkata “BELUM !", lalu ia memberikan aku kepada seorang pria dan ia memasukkan aku lagi ke perapian yang lebih panas dari sebelumnya! Tolong ! Hentikan penyiksaan ini ! Sambil menangis aku berteriak sekuat-kuatnya. Tapi orang ini tidak peduli dengan teriakanku. Ia terus membakarku. Setelah puas "menyiksaku" kini aku dibiarkan dingin.
Setelah benar-benar dingin, seorang wanita cantik mengangkatku dan menempatkan aku dekat kaca. Aku melihat diriku. Betapa terkejutnya aku …..dihadapanku telah berdiri sebuah cangkir yang begitu cantik. Kucoba untuk mencubit diriku. Ternyata sakit akibat cubitanku dapat kurasakan.. pertanda bahwa aku tidak sedang bermimpi. Semua kesakitan dan penderitaanku yang lalu menjadi sirna seketika tatkala kulihat diriku."
Saudara-saudariku…, seperti inilah kiranya Allah membentuk diri kita. Pada saat Ia membentuk kita, dalam pandangan kita sering terasa tidak menyenangkan, sering terasa sakit, penuh pengorbanan dan banyak menyita air mata. Tetapi inilah kiranya rahasia sunatullah yang berlaku bagi kita supaya menjadi cantik dan memancarkan kemuliaanNya.
"Saudara-saudariku…, kiranya kita patut bersyukur atas segala cobaan yang kita alami. Cobaan akan terasa nikmat manakala kita sudah sanggup menganggap bahwa cobaan itu sebagai suatu tangga untuk menuju ke muara kebahagiaan hakiki.
Saudara-saudariku…,hendaknya kita lebih peka akan peringatan Allah bahwa apa yang dalam pemikiran kita baik belumlah tentu baik di Mata Allah dan apa yang kurang menyenangkan /jelek menurut kita ..bisa jadi baik menurut pandangan Allah.
Saudara-saudariku… Apabila kita sedang menghadapi ujian hidup, maka janganlah berkecil hati. Mari kita nikmati “kesadaran” bahwa Allah sedang membentuk kita. Bentukan-bentukan ini terkadang dalam pandangan kita memang terasa menyakitkan…namun setelah semua proses itu selesai…maka kita akan dapat temukan betapa cantiknya Allah membentuk diri kita.
Kita perlu sadar pula bahwa cobaan/ujian terhadap iman kita insya Allah akan menghasilkan ketekunan dan kesabaran apabila kita manage dengan baik. Akhirnya….marilah kita “tata hati kita “ untuk mengikuti secara cermat “perjalanan” ketekunan dan kesabaran ini sampai memperoleh BUAH YANG MATANG ; Ridha Ilahi Robbi.

Wallahu a’lam bishshowab.

Semoga Allah senantiasa membimbing kita untuk menjadi “pribadi yang cerdas” dalam merespon makna syukur kepadaNYa …sehingga kita bisa terbentuk menjadi insan yang “istiqamah”, sebuah kata yang sangat mahal untuk sebuah surga yang sangat mahal pula… kecuali bagi mereka yang telah mencapai muara ridhaNYa.

Ya Allah cukuplah ridhaMu atas diriku yang kuharap.

Wassalaamu’alaykum warahmatullaahi wabarakaaatuh

hamba_Allah yang lemah
____________________________________________________________
“Hati tempat jatuhnya pandangan Allah…. Jasad lahir tumpuan manusia….

Utamakanlah..pandangan Allah…daripada pandangan manusia"

Tuesday, January 25, 2005

Disini aku 'kembali'

Di sini aku mengharap ridha-Mu
Di sini aku menghiba rahmah-Mu
Di sini aku tambat munajatku
Berazzam aku kembali

Tapak-tapak hidup yang kujalani
Fatamorgana dusta kutemui
Lupakan diri hadapkan wajahku
Hadirkan agung-Mu dalam asaku

Allah…
Kuseretkan langkahku
Hasung dosa kan kulebur
Kubasuh luka, kuhempas nista
Ijinkan aku kembali

Tak kan lagi kusurutkan langkahku
Songsong fajar baru dalam cahya-Mu
Ya Rabbi teguhkan derap jiwaku
Tiap desir nadiku kusebut asma-Mu

(Izzatul Islam)

Name :
Web URL :
Message :
smileys